Selasa, 26 April 2011

Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum

Secara umum langkah-langkah pengembangan kurikulum terdiri atas diagnosis kebutuhan, perumusan tujuan, pemilihan, dan pengorganisasian materi, pemilihan, dan pengorganisasian pengalaman belajar, dan pengembangan alat evaluasi.

Analisis dan Diagnosis Kebutuhan

Langkah pertama dalam pengembangan kurikulum adalah menganalisis dan mendiagnosis kebutuhan. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan mempelajari tiga hal, yaitu kebutuhan siswa, tuntutan masyarakat/dunia kerja, dan harapan-harapan dari pemerintah (kebijakan pendidikan). Kebutuhan siswa dapat dianalisis dari aspek-aspek perkembangan psikologis siswa, tuntutan masyarakat, dan dunia kerja dapat dianalisis dari berbagai kemajuan yang ada di masyarakat dan prediksi-prediksi kemajuan masyarakat pada masa yang akan datang, sedangkan harapan pemerintah dapat dianalisis dari kebijakan-kebijakan, khususnya kebijakan-kebijakan bidang pendidikan yang dikeluarkan, baik oleh pemerintah pusat maupun daerah. Hasil analisis dari ketiga aspek tersebut, kemudian didiagnosis untuk disusun menjadi serangkaian kebutuhan sebagai bahan masukan bagi kegiatan pengembangan tujuan.
Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menganalisis kebutuhan ada tiga, yaitu survei kebutuhan, studi kompetensi, dan analisis tugas. Survei kebutuhan merupakan cara yang relatif sederhana dalam menganalisis kebutuhan. Seorang pengembang kurikulum dapat melakukan wawancara dengan sejumlah orang, tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, dan para ahli terkait tentang apa yang dibutuhkan oleh siswa, masyarakat, dan pemerintah berkaitan dengan kurikulum sebagai suatu program pendidikan. Studi kompetensi dilakukan dengan analisis terhadap kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan oleh lulusan suatu jenis dan jenjang program pendidikan. Pendekatan analisis tuga dilakukan dengan cara menganalisis setiap jenis tugas yang harus diselesaikan. Tugas tersebut bisa berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, dan atau psikomotorik.
Hasil akhir kegiatan analisis dan diagnosis kebutuhan ini adalah deskripsi kebutuhan sebagai bahan yang akan dijadikan masukan bagi langkah selanjutnya dalam pengembangan kurikulum yaitu perumusan tujuan.

Perumusan Tujuan
Setelah kebutuhan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan. Tujuan-tujuan dalam kurikulum berhierarki, mulai dari tujuan yang paling umum (kompleks) sampai pada tujuan yang lebih khusus. Hirearki tujuan tersebut meliputi: tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, serta tujuan instruksional umum dan khusus.


Benyamin S. Bloom dalam Taxonomy of Educational Objectives membagi tujuan menjadi tiga ranah/domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognistif berkenaan dengan penguasaan kemampuan-kemampuan intelektual atau berpikir, domain afektif berkenaan dengan penguasaan dan pengembangan perasaan, sikap, minat, dan nilai-nilai, sedangkan domain psikomotor berkenaan dengan penguasaan dan pengembangan keterampilan-keterampilan motorik. Dalam Davies (1976), ketiga domain tujuan tersebut dirinci,
Pemilihan dan Pengorganisasian Materi
Dalam Handbook for Evaluating and Selecting Curriculum Materials, M.D. Gall (1981) mengemukakan Sembilan tahap dalam pengembangan bahan kurikulum, yaitu identifikasi kebutuhan, merumuskan misi kurikulum, menentukan anggaran biaya, membentuk tim, mendapatkan susunan bahan, menganalisis bahan, menilai bahan, membuat keputusan adopsi, menyebarkan, mempergunakan, dan memonitor penggunaan bahan.
Secara spesifik, yang dimaksud dengan materi kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Isi dari kegiatan pembelajaran tersebut adalah isi dari kurikulum. Tugas guru adalah mengembangkan bahan pelajaran tersebut berdasarkan tujuan instruksional yang telah disusun dan dirumuskan sebelumnya.
Penyusunan bahan pelajaran disebut scope.
Kriteria yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan materi kurikulum antara lain:
1. Materi kurikulum harus dipilih berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, materi kurikulum dipilih karena dianggap berharga sebagai warisan budaya positf dari generasi masa lalu.
2. Materi kurikulum dipilih karena berguna bagi penguasaan suatu disiplin ilmu.
3. Materi kurikulum dipilih karena dianggap bermanfaat bagi kehidupan umat manusia, untuk bekal hidup di masa kini, dan masa yang akan datang.
4. Materi kurikulum dipilih karena sesuai dengan kebutuhan dan minat anak didik (siswa) dan kebutuhan masyarakat.
Sequence menyangkut urutan susunan bahan kurikulum. Untuk penyusunan sequence, perlu dipertimbangkan hal berikut:
1. Taraf kesulitan materi pelajaran/isi kurikulum
2. Apersepsi atau pengalaman masa lalu
3. Kematangan dan perkembangan siswa
4. Minat dan kebutuhan siswa

Pemilihan dan Pengorganisasian Pengalaman Belajar
Setelah materi kurikulum dipilih dan diorganisasikan, langkah selanjutnya adalah memilih dan mengorganisasikan pengalaman belajar. Cara pemilihan dan pengorganisasian pengalaman belajar dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode, serta teknik yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat materi yang akan diberikan.
Pengalaman belajar siswa dapat bersumber dari pengalaman visual, pengalaman suara, perabaan, dan penciuman. Pengalaman belajar dipilih harus mencakup berbagai kegiatan mental dan fisik yang menarik minat siswa, sesuai dengan tingkat perkembangannya, dan merangsang siswa belajar aktif dan kreatif

Pengembangan Alat Evaluasi
Pengembangan alat evaluasi yang dimaksud adalah untuk menelaah kembali apakah kegiatan yang telah dilakukan itu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Mc. Neil (1977) mengungkapkan ada dua hal yang perlu mendapat jawaban dari penilaian kurikulum yaitu, apakah kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dan dioragnisasikan itu memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan dan apakah kurikulum yang telah dikembangkan dapat diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya.
Ada dua orang beranggapan bahwa penilaian sama artinya dengan pengukuran, tes, atau pemberian nilai. Ketiganya memang merupakan bagian dari proses penilaian. Penilai pada dasarnya merupakan suatu proses pertimbangan terhadap suatu hal. Scriven (dalam Nurgiyantoro, 1988) mengemukakan bahwa penilaian itu terdiri atas tiga komponen, yaitu pengumpulan informasi, pembuatan pertimbangan, dan pembuatan keputusan. Evaluasi kurikulum dapat dilakukan terhadap komponen-komponen kurikulum itu sendiri, evaluasi terhadap implementasi kurikulum, dan evaluasi terhadap hasil yang dicapai.

Sumber: Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran oleh Asep Herry Hernawan, dkk

1 komentar:

  1. Alhamdulillah artikel ini membantu saya mengerjakan tugas kuliah..
    salam.

    BalasHapus