Selasa, 26 April 2011

Format-Format Pendidikan yang Mungkin Tersedia di Abad Ke-21

1.    Cyber (E-Learning)
Kemajuan teknologi informasi banyak membawa dampak positif bagi kemajuan dunia pendidikan dewasa ini. Khususnya teknolohi komputer dan internet, baik dalam hal perangkat keras maupun perangkat lunak, memberikan banyak tawaran dan pilihan bagi dunia pendidikan untuk menunjang proses pembelajaran para peserta didik. Keunggulan yang ditawarkan bukan saja terletak pada fackor kecepatan untuk mendapatkan informasi, namun juga fasilitas multimedia yang dapat membuat belajar lebih menarik, visual, dan interaktif. Sejalan dengan perkembangan teknologi internet, banyak kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi ini.
Cyber atau Electronic Learning (E-Learning) pada hakikatnya adalah belajar atau pembelajaran melalui pemanfaatan teknologi komputer dan/atau internet. Teknologi belajar seperti itu bias juga disebut sebagai belajar atau pembelajaran berbasis web (Web Based Instruction). Beberapa pandangan yang mengarah pada definisi E-Learning dapat dikemukakan sebagai berikut,
a. E-Learning adalah konvergensi antara belajar dan internet (Bank of America Securities).
b. E-Learning menggunakan kekuatan dan jalinan kerja, terutama dapat terjadi dalam teknologi internet, tetapi juga dapat terjadi dalam jalinan kerja satelit dan oemuasan digital untuk keperluan pembelajaran (Ellif Tronsen)
c. E-Learning adalah menggunakan jalinan kerja teknologi untuk mendesain, mengirim, memilih, mengorganisasikan pembelajaran (Elliot Masie).
d. E-Learning adalah pembelajaran yang dapat terjadi di internet (Cisco System).
e. E-Learning adalah dinamik, beroperasi pada waktu yang nyata, kolaborasi, individu, komprehensif (Greg Priest)
f. E-Learning adalah pengiriman sesuatu melalui media elektronik termasuk internet, intranet, extranet, satelit broadcast, audio/video tape, televisi interaktif, dan CD-ROM (Cornelia Weagen).
g. E-Learning adalah keseluruhan variasi internet dan teknologi web untuk membuat, mengirim, dan memfasilitasi pembelajaran (Robert Peterson dan Piper Jafray).
h. E-Learning menggunakan kekuatan dan jalinan kerja untuk pembelajaran di mana pun dan kapan pun (Arista Knowledge System).
Cyber atau E-Learning atau pembelajaran berbasis web ini dipengaruhi oleh pesatnya perkembangan pada tiga bidang, yaitu pembelajaran jarak jauh (distance learning), pembelajaran dengan menggunakan teknologi komputer, dan perkembangan yang sangat pesat dalam teknologi internet. Pembelajaran jarak jauh dimulai dan dikenal oleh masyarakat dunia sekitar pertengahan tahun 1800-an di Amerika Serikat, Perancis, dan beberapa negara Eropa lainnya. Pada awalnya pembelajaran jarak jauh dilakukan melalui korespondensi menggunakan media kertas dan jasa pos, namun kemudian kemajuan teknologi komputer berkembang pesat dan membawa dampak luar biasa dalam memberikan kesempatan bagi siapa saja untuk mengakses informasi untuk pembelajaran dengan mudah, menarik, visual, dan interaktif. Berbagai istilah pembelajaran yang memanfaatkan komputer di antaranya. Computer Aided Instruction (CAI) dan Computer Based Instruction (CBI). Sedangkan pembelajaran berbasis web atau Cyber E-Learning digunakan setelah teknologi internet berkembang pesat.
Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi internet ini adalah kecepatan dan tidak terbatasnya tempat dan waktu untuk mengakses informasi. Informasi dapat diakses oleh siapa saja, dan kapan saja dan di mana saja secara lebih cepat, mudah, dan relative lebih murah. Kegiatan belajar dapat dengan mudah dilakukan oleh siswa kapan saja dan di mana saja yang dirasakan nyaman. Batasan ruang, jarak, dan waktu tidak lagi menjadi masalah rumit untuk dipecahkan.

2. Open dan Distance Learning
Pembelajaran jarak jauh (distance learning) merupakan model belajar di mana guru dan siswa tidak berada dalam suatu tempat dan waktu yang sama serta tidak bertatap muka secara fisik/langsung, namun demikian di antara mereka ada komunikasi dua arah yang dilakukan dengan berbagai cara dan bantuan dari teknologi komunikasi dan informasi. Model belajar seperti ini merupakan pengembangan dari konsep pendidikan jarak jauh (distance education) atau sering juga dipakai istilah pendidikan/belajar terbuka (open education/learning), sekolah korespondensi (correspondence school), belajar fleksibel (flexible learning), dan kelas/sekolah maya (virtual classroom/school).
Belajar jarak jauh berorientasi kepada siswa, berbeda dengan sistem konvesional yang lebih berfokus kepada guru atau lembaga penyelenggara pendidikan. Kewenangan untuk untuk menentukan waktu, tempat, maupun kecepatan belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa. Fungsi guru bergeser bukan lagi sebagai sumber belajar yang utama yang harus menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa, tetapi lebih sebagai pengelola kelas dan fasilitator. Proses belajar lebih bersifat individual dan menuntut siswa untuk belajar secara aktif dengan menggunakan bahan belajar mandiri, baik cetak maupun non cetak.

3.    Quantum Learning
Quantum Learning dikembangkan oleh Bobbi DePorter (1992) yang beranggapan bahwa metode belajar ini sesuai dengan cara kerja otak manusia dan cara belajar manusia pada umumnya. Dengan model SuperCamp yang dikembangkan bersama kawan-kawannya pada awal 1980-an, prinsip-prinsip dan metode Quantum Learning menemukan bentuknya. Dalam SuperCamp tersebut, kurikulum dikembangkan secara harmonis dan berisi kombinasi dari tiga unsure, yaitu keterampilan akademis (academic skills), prestasi atau tantangan fisik (physical challenges), dan keterampilan dalam hidup (life skills). Kurikulum didasarkan pada filsafat dasar bahwa belajar itu dapat dan harus menyenangkan. Adapun keuntungan atau manfaat dari metode Quantum Learning ini selain terbukti efektif untuk semua usia, juga menumbuhkan:
a.    Sikap positif (positive attitude)
b.    Motivasi (motivation)
c.    Keterampilan belajar sepanjang hayat (lifelong learning skills)
d.    Kepercayaan diri (confidence)
e.    Kesuksesan (success)
Metode Quantum Learning berakar dari upaya seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria (Dr. Gerogi Lozanov) yang melakukan uji coba tentang sugesti dan pengaruhnya terhadap hasil belajar. Menurut Georgi Lozanov, pada prinsipnya sugesti itu dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar. Teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti positif dalam belajar di antaranya yaitu mendudukkan siswa secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi siswa, menggunakan poster-poster dalam menyampaikan suatu informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih. Dalam Quantum Learning  semua kehidupan adalah energy, tubuh kita secara fisik adalah materi.
Metode Quantum Learning ini menjadi awal munculnya metode Quantum Teaching yang dapat melejitkan kemampuan guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Quantum Teaching ini menawarkan tentang cara-cara baru untuk memaksimalkan dampak dari usaha pembelajaran melalui penciptaan lingkungan belajar yang efektif untuk memudahkan proses belajar. Asas utama dari quantum teaching, yaitu “bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka” maksudnya bahwa langkah pertama yang harus dilakukan olehseorang guru yaitu memasuki dunia anak untuk mengetahui minat, bakat, kemampuan. Setelah itu barulah seorang guru mengantarkan atau menyajikan materi pelajaran.

4.    Cooperative Learning
Pembelajaran yang bersifat kooperatif ini sebenarnya telah lama digunakan dalam pendidikan di negara kita. Pembelajaran kooperatif diartikan sebagai pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil yang dapat menumbuhkan kerja sama secara maksimal dan masing-masing siswa belajar satu dengan yang lainnya. Dalam kelompok pembelajaran kooperatif, para siswa mempunya dua tanggunga jawab yaitu belajar konten yang telah dirancang, dan menjadikan semia anggota kelompok bekerja sama. Dalam pembelajaran kooperatif ini harus ditunjukkan empat hal yaitu cooperative behavior (perilaku kerja sama antar anggota kelompok), incentive structure (memberikan suatu insentif kepada semua orang dalam kelompoknya), cooperative task structure (terjadinya saling membantu dan kerja sama antara yang kuat dan yang lemah dalam suatu kelompok, dan cooperative motives (mengembangkan motif atau budaya kerja sama yang baik).
Memperhatikan beberapa hal yang telah dikemukakan, maka pada hakikatnya cooperative learning itu merupakan sistem pembelajaran yang memegang teguh filosofi maju bersama dalam suasana kompetitif untuk format cooperative learning sangat diperlukan, terutama untuk menunjang pilar to live together.

5.    Society Technology Science (STS)
Pendekatan STS ini merupakan pendekatan baru dalam pembelajaran IPA dan IPS di sekolah dasar. Dalam pembelajaran IPA, istilah STS merupakan akronim Society Technology Science. Secara filosofis konsep STS tersebut didasari oleh suatu pandangan dengan kehidupan masyarakat, begitu pula sebaliknya. STS merupakan gerakan interdisipliner yang relatif baru yang dikembangkan untuk mengintegrasikan permasalahan-permasalahan dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan masyarakat. Munculnya konsep STS ini diawali oleh kalangan ilmuwan kealaman (IPA) yang kemudian diikuti oleh para ilmuwan pada bidang ilmu pengetahuan sosial (IPS). Asumsi yang mendasari munculnya STS baik dalam IPA maupun IPS, yaitu keterkaitan antara sains, teknologi, dan masalah sosial.
Dalam pelajaran IPA, STS dikembangkan sebagai satu alternatif untuk menanggulangi kelemahan-kelemahan pengajaran sains. Kelemahan tersebut sangat tampak pada pembelajaran sains di sekolah-sekolah yang jauh dari pengalaman siswa sehari-hari dalam masyarakat. STS hadir dengan harapan agar pada siswa sekolah dasar dapat memahami sains sekaligus mampu menerapkannya untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan nyata di masyarakat. Dalam pelaksanaannya, dilakukan dengan cara mengaitkan kegiatan pembelajaran dengan masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Pengaitan tersebut lebih bermakna belajar sains dalam konteks kehidupan manusia.
Sebagai suatu pendekatan, STS berkaitan dengan penyampaian pengetahuan sains yang sudah dituliskan dalam GBPP. Karakteristik STS sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran sains menurut Poejiadi (1996) tampak apabila dalam pembelajaran seorang guru melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a.    Guru sering menunjukkan kaitan antara konsep sains dikaji dengan kegunaan atau masalah yang ada di masyarakat
b.    Sebelum melaksanakan pembahasan konsep-konsep tertentu sesuai dengan GBPP, guru menggali isu atau masalah aktual yang ada di lingkungan siswa yang relevan dengan konsep-konsep yang akan dibahas. Kalau usaha guru tidak berhasil, guru dapat mengajukan adanya isu atau masalah kemudian dilakukan pembelajaran dengan berbagai metode, misalnya diskusi, praktikum, demonstrasi, karyawisata, observasi, untuk mengembangkan konsep. Tahap berikutnya adalah aplikasi konsep melalui kegiatan pemecahan masalah atau analisis isu yang telah dikemukakan pada awal pembelajaran. Selama kegiatan itu guru dapat melaksanakan pemantapan konsep, yaitu memperbaiki kesalagan pemahaman konsep. Tahap selanjutnya adalah melaksanakan evaluasi.
c.    Guru membuat STS, kemudian digunakan sebagai suplemen pada pokok bahasan yang relevan dengan GBPP.

6.    Accelerated Learning
Accelerated learning (belajar akselerasi) adalah suatu kemampuan menyerap dan memahami informasi baru secara cepat serta mempertahankan informasi tersebut. Menurut Colin Rose dan Malcolm J. Nichol (2002), kemampuan seperti ini diperlukan untuk menguasai kecepatan dalam suatu perubahan yang terjadi. Penguasaan metode belajar akselerasi dapat meningkatkan kemampuan belajar secara lebih efektif. Dalam belajar akselerasi ini sangat dipentingkan konsep learning how to learn (belajar bagaimana belajar) maksudnya adalah belajar yang tujuannya untuk menguasai bagaimana cara/teknik mempelajari sesuatu, bukan belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan atau keterampilan tertentu. Ilmu pengetahuan itu mengalami eksplosi atau berkembang dengan sangat cepat, oleh karena itu tidak bisa diajarkan satu per satu oleh para guru karena membutuhkan waktu yang lama. Dengan demikian, yang dibutuhkan adalah siswa menguasai cara mempelajari ilmu pengetahuan tersebut sehingga ia bias belajar sendiri tanpa banyak bergantung kepada guru atau yang lainnya. Alasan lain mengapa learning how to learn itu penting, sebab ketika orang belajar bagaimana belajar, self esteem atau penghargaan dan kepercayaan dirinya akan tumbuh. Mereka tidak hanya menguasai teknologi dan perubahan baru, tetapi mereka memperoleh kemampuan-kemampuan dasar untuk menjadi orang yang self directed atau mampu mengarahkan dirinya dan memiliki kemampuan dasar untuk mencapai pertumbuhan pribadi.
Menurut Colin Rose dan Malcolm J. Nichol (2002), apabila kita mempelajai teknik belajar yang tepakt(eksak) sehingga menjadi gaya belajar personal maka kita akan belajar lebih alami (natural). Jika belajar itu sudah merupakan sesuatu yang bersifat alami maka akan lebih memberikan kemudahan dalam mempelajari sesuatu. Kemudahan belajar tersebut mempengaruhi kecepatan belajar seseorang (learning fast). Jadi, dengan demikian kecepatan belajar itu tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi melalui suatu proses yang berkesinambungan. Selain itu, agar proses belajar itu berhasil dan menyenangkan serta mempengaruhi kejernihan dalam berpikir (clear thinking) perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a.    Menciptakan lingkungan belajar yang “rendah stres”.
b.    Berikan jaminan mengenai kesesuaian mata pelajaran yang dipelajari.
c.    Berikan jaminan belajar positif secara emosional, misalnya dengan mengembangkan kerja sama, rasa humor, dorongan semangat, dan dukungan yang antusias.
d.    Mengikutsertakan keterlibatan berpikir pada otak kiri dan otak kanan secara seimbang.
e.    Merangsang otak untuk berpikir dan melakukan penyelidikan.
f.    Adanya konsolidasi dari apa yang dipelajari.

Sumber : Pengembanga Kurikulum dan Pembelajaran oleh Asep Herry Hernawan, dkk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar