Rabu, 09 Maret 2011

Hati-hati jika mimisan! Bisa jadi itu gejala Idiopathic Trombocythopenic.

Idiopatic trombocythopenic, pernahkah anda mendengar istilah tersebut? Bagi sebagian orang pasti terdengar sangat asing. Begitu pula dengan saya dua tahun yang lalu.
Dua tahun yang lalu tepatnya pada awal bulan ramadhan, adik sepupu saya menderita sakit yang gejala awalnya adalah mimisan. Pada awalnya kami mengira mimisan tersebut adalah mimisan yang biasa terjadi pada anak-anak dan sudah beberapa kali berkonsultasi kepada dokter tetapi dokter bilang kalau mimisan itu karena selaput hidung yang tipis. Hal tersebut biasa terjadi pada usia anak-anak, katanya.
Namun hal tersebut berlanjut hingga adik saya berusia 15 tahun. Sekitar pukul 23.00 ia mimisan hebat dan tidak dapat dihentikan. Tante saya kemudian segera berinisiatif membawanya ke rumah sakit. Setelah diperiksa ternyata trombositnya drop dengan jumlah trombosit hanya 4.000 saja (normalnya kira-kira  150.000-440.000). dalam keadaan panik tersebut ternyata rumah sakit tidak memiliki stok darah untuk transfusi. Keadaan juga dudah larut. Tante saya sampai hanya dapat bersandar ke dinding kamar rumah sakit itu dalam keadaan lemas melihat putrinya dalam keadaan kritis dan terus mengeluarkan darah melalui hidungnya, kulit badannya pucat dan membiru. Parahnya, golongan darah tante saya tidak sama dengan adik saya tersebut, sedangkan ayahnya yang memiliki golongan darah yang sama yaitu B bekerja di luar negeri sehingga tidak mungkin pulang dalam waktu yang singkat.
Dalam keadaan panik tersebut, datanglah seorang dokter yang memiliki golongan darah yang sama dengan adik saya yaitu B mendonorkan darahnya. Alhamdulillah, Allah memberikan pertolongannya melalui dokter tersebut. Keadaanya sedikit membaik setelah dilakukan transfusi darah, ia bisa tidur dengan nyenyak malam itu.
Pagi harinya dilakukan pengecekan darah lagi untuk mengetahui apakah jumlah trombositnya sudah normal kembali. Namun, apa yang terjadi? Trombositnya yang seharusnya untuk orang normal akan kembali normal seperti semula bagi adik saya malah drop kembali ke kisaran 6.000. Dengan trombosit yang turun drastis itu pada awalnya diagnosis dokter adalah demam berdarah, tetapi sekarang runtuhlah teori tersebut.
Siang harinya, saya bersama keluarga mencari pendonor darah di beberapa tempat, di sekitar rumah, dan sampai di kantor polisi juga. Di kantor polisi itu, hanya ada tiga orang yang berjaga piket di sana setahu kami. Semuanya sedang bertugas di luar. Sehingga kami disarankan untuk mencari darah ke poliklinik. Kami membutuhkan darah yang segar atau langsung diambil dari pendonor untuk kemudian di ekstrak untuk diambil trombositnya saja.
Kami hampir berputus asa, kemana semua pendonor yang ketika kami tidak mencarinya berseliweran, tapi ketika kami sangat membutuhkannya mereka seperti menghilang. Mungkin itu hanya bayangan kami saja ketika dalam keadaan seperti itu. Akhirnya pukul 13.00 ayah saya menelepon seorang temannya yang anggota TNI AD. Oleh beliau kami dicarikan pendonor. Tiga orang anggota TNI tersebut kemudian dibawa ke PMI Solo untuk diambil darahnya. Proses tersebut selesai kira-kira pukul 19.00 dan kami segera menuju ke rumah sakit tempat adik saya dirawat.
Semalaman adik saya kembali tidur lelap. 
Karena berkali-kali ditransfusi tetapi tidak ada perkembangan yang berarti, kemudian dilakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang. Setelah dilakukan pemeriksaan tersebut kemudian adik saya dirujuk ke rumah sakit dr Sardjito Yogyakarta di klinik Tulip. Seperti yang kami duga sebelumnya, klinik tersebut adalah klinik untuk penyakit kanker. Suasana yang dingin di klinik itu membuat saya merinding. Saya dan keluarga duduk di ruang tunggu pemeriksaan. Tempat itu tidak terlalu ramai, tetapi mereka pasti memiliki perasaan yang sama dengan kami, yaitu khawatir. Mendengar beberapa pernyataan mereka tentang penyakit keluarga mereka membuat hati saya tersayat. Begini ya rasanya di rumah sakit dengan orang-orang sakit kanker yang identik dengan harapan hidup yang kecil.
Adik saya diperiksa kemudian diberikan obat-obatan yang lumayan banyak. Harus rutin diminum! Jelas. Ia didiagnosis memiliki penyakit idiopatic trombocythopenic. Sejenis penyakit yang menurut beberapa sumber terjadi karena sistem imun dalam tubuh yang terdapat di sel darah putih (leukosit) yang seharusnya menyerang kuman dan benda-benda asing yang dapat membuat tubuh sakit malah menyerang tubuh itu sendiri  yaitu keping darah (trombosit) yang dianggapnya zat asing. Mungkin kalau hewan atau manusia istilah kerennya kanibal kali ya.
Setelah beberapa hari, trombsositnya berangsur mulai memulih dan adik saya diizinkan pulang. Sekarang sudah 2 tahun dari hari tersebut, setiap satu kali dalam seminggu ia masih harus kontrol ke RS dr Sardjito. Tanggal 9 Maret 2011 kemaren adalah untuk kesekian kalinya ia melakukan kontrol danl agi-lagi masih harus minum obat. Setiap hari ia juga harus minum jus jambu dan 1/4 kg daging agar kesehatanya tetap terjaga.
Alhamdulillah sampai saat ini ia sehat. Kami sekeluarga sangat bersyukur dan semoga saja sakitnya cepat sembuh. Karena itu pasti yang diinginkan oleh semuanya.

Jadi, berhati-hatilah dalam menjaga kesehatan. Siapa yang tahu, dari hal-hal sepele ternyata merupakan gejala-gejala penyakit berat yang semoga tidak anda miliki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar